Rabu

Nabi Saleh AS

Berlalulah hari demi hari. Lahirlah sebagian pria dan matilah sebagian yang lain. Setelah kaum 'Ad, datanglah kaum Tsamud. Lagi-lagi azab berulang kepada kaum Tsamud dalam bentuk yang lain. Kaum Tsamud juga menyembah berhala kemudian Allah SWT mengutus Nabi Saleh kepada mereka. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada Tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 61)

Kalimat yang sama yang disampaikan oleh setiap nabi, dan kalimat tersebut tidak pernah berubah sebagaimana kebenaran tidak pernah berubah. Para pembesar kaum Nabi Saleh terkejut dengan apa yang dikatakannya. Beliau menyatakan bahwa tuhan mereka tidak memiliki nilai yang berarti. Beliau melarang mereka untuk menyembahnya dan memerintahkan mereka hanya menyembah Allah SWT.
Dakwah Nabi Saleh cukup menggoncangkan masyarakat. Nabi Saleh terkenal dengan kejujuran dan kebaikan. Kaumnya sangat menghormatinya sebelum Allah SWT mengutusnya dan memberikan wahyu padanya untuk berdakwah kepada mereka. Kaum Nabi Saleh berkata:
"Hai Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesung¬guhnya kami betul-betul dalam keraguan yang mengelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami. " (QS. Hud: 62)
Renungkanlah bagaimana pandangan orang-orang kafir dari kaum Nabi Saleh: "Sesungguhnya engkau sangat kami harapkan karena kaluasan ilmumu, kematangan akalmu, kejujuranmu dan kebaikanmu. Kemudian hilanglah harapan kami terhadapmu. Apakah engkau akan melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh kakek-kakek kami. Alangkah celakanya! Kami tidak berharap engkau mencela tuhan-tuhan kami yang kami mendapati orang tua-orang tua kami menyembahnya."
Demikianlah kaum Nabi Saleh merasa bingung di hadapan kebenaran dan mereka heran terhadap saudara mereka Saleh yang mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki alasan dan pemikiran yang benar. Mereka hanya beralasan bahwa kakek-kakek mereka menyembah tuhan-tuhan ini. Demikianlah taklid yang menyebabkan manusia ter-jerumus dalam kesesatan. Dan Nabi datang untuk menghilangkan taklid buta ini. Akidah tauhid disebarkan sebagai dakwah untuk membebaskan pikiran dari segala belenggu, yaitu suatu dakwah yang membebaskan akal manusia dari belenggu taklid, khurafat orang-orang dulu, dan khayalan tradisi yang mapan. Inilah dakwah tauhid yang menyuarakan kebebasan akal dan segala bentuk kebebasan lainnya.
Dakwah tersebut tidak akan ditentang kecuali oleh orang-orang yang akalnya terpasung oleh pemikiran orang-orang dulu dan khayalan orang-orang tua. Meskipun dakwah Nabi Saleh disampaikan dengan penuh ketulusan, namun kaumnya tidak mempercayainya. Mereka justru meragukan dakwahnya. Mereka mengira bahwa Nabi Saleh tersihir. Mereka meminta kepadanya agar ia mendatangkan mukjizat ynag membuktikan bahwa ia memang utusan Allah SWT. Allah SWT berkehendak untuk mengabulkan permintaan mereka. Kaum Tsamud mengukir rumah-rumah besar dari gunung. Mereka menggunakan batu-batu besar untuk membangun. Mereka adalah orang-orang yang kuat yang Allah SWT membuka pintu rezeki bagi mereka dari segala hal. Mereka datang setelah kaum 'Ad lalu mereka tinggal di bumi dan memakmurkannya. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya ketika mereka meminta mukjizat kepadanya:
"Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." (QS. Hud: 64)
Yang dimaksud ayat dalam surah tersebut adalah mukjizat. Diriwayatkan bahwa unta itu merupakan mukjizat karena batu gunung pada suatu hari terpecah dan keluar darinya unta, dan keluar di belakangnya anaknya yang kecil. la lahir melalui cara yang tidak umum dalam proses kelahiran. Diriwayatkan juga bahwa ia merupakan mukjizat karena ia minum air yang terdapat di sumur-sumur pada suatu hari lalu binatang-binatang yang lain tidak berani mendekati air itu pada hari tersebut. Ada riwayat lain mengatakan bahwa ia merupakan mukjizat karena ia mengeluarkan susu yang mencukupi untuk dipakai minum oleh seluruh manusia di hari di mana ia minum seluruh air sehingga tidak ada sedikit pun yang tersisa darinya. Unta ini merupakan mukjizat di mana Allah SWT menyifatinya dengan sebutan: "naqatullah" (unta Allah). Itu berarti bahwa unta tersebut bukan unta biasa, namun ia merupakkan mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT menurunkan perintah kepada Nabi Saleh agar beliau melarang kaumnya untuk mengganggunya atau membunuhnya. Beliau memerintahkan mereka untuk membiarkannya, makan di bumi Allah SWT dan tidak menyakitinya. Beliau mengingatkan mereka bahwa ketika mereka mencoba untuk mengganggunya, maka mereka akan mendapatkan siksaan dalam waktu dekat.
Mula-mula kaum Tsamud sangat terheran-heran ketika melihat unta lahir dari batu-batuan gunung. Ia adalah unta yang diberkati di mana susunya cukup untuk ribuan laki-laki, wanita, dan anak-anak kecil. Jika unta itu tidur di suatu tempat, maka binatang-binatang lain akan menyingkir darinya. Jelas sekali ia bukan unta biasa, namun ia merupakan tanda-tanda kebesaran dari Allah SWT. Unta itu hidup di tengah-tengah kaum Nabi Saleh. Berimanlah orang-orang yang beriman di antara mereka dan sebagian besar mereka tetap berada dalam penentangan dan kekafiran. Kebencian terhadap Nabi Saleh berubah menjadi kebencian kepada unta yang diberkati itu. Mulailah mereka membikin persekongkolan untuk melawan unta itu. Orang-orang kafir sangat membenci mukjizat yang agung ini dan mereka membuat rencana jahat untuk melenyapkannya. Sebagaimana biasanya, para tokoh-tokoh kaumnya berkumpul untuk membuat, makar. Allah SWT berfirman:
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata: 'Hat kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah;, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: 'Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya ?' Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.' Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu." (QS. al-AVaf: 73-76)
Nabi Saleh menyeru kaumnya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah Allah SWT dan mengingatkan mereka bahwa Allah SWT telah mengeluarkan mukjizat bagi mereka, yaitu unta. Mukjizat itu sebagai bukti akan kebenaran dakwahnya. Beliau memohon kepada mereka agar mereka membiarkan unta itu memakan dari hasil bumi, dan setiap bumi adalah bumi Allah SWT. Beliau juga mengingatkan mereka agar jangan sampai mengganggunya karena yang demikian itu dikhawatirkan akan mendatangkan azab bagi mereka. Bahkan beliau mengingatkan mereka dengan nikmat-nikmat Allah SWT yang turun kepada mereka: "Bagaimana Dia menjadikan mereka penguasa-penguasa yang datang setelah kaum 'Ad, bagaimana Dia memberi mereka istana dan gunung-gunung yang terukir serta berbagai kenikmatan dan kekuatan."
Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Saleh namun kaumnya justru menjawabnya dengan jawaban yang aneh. Mereka tidak menghiraukan nasihat Nabi mereka. Mereka menemui orang-orang yang beriman kepada Nabi Saleh. Mereka bertanya dengan pertanyaan yang tujuan untuk merendahkan dan mengejek: "Apakah kalian mengetahui bahwa Saleh seseorang yang diutus dari Tuhan¬nya?" Pertanyaan ini tidak pantas dikemukakan setelah mereka melihat mukjizat unta. Alhasil, mereka merendahkan pengikut Nabi Saleh dan mengejeknya.
Sekelompok kecil yang beriman kepada Nabi Saleh berkata: "Sesungguhnya kami percaya dengan apa yang dibawa oleh Nabi Saleh." Perhatikanlah jawaban orang-orang mukmin. Jawaban terse¬but sangat bertentangan dengan jawaban para pembesar dari kaum Nabi Saleh. Para pembesar itu justru meragukan kenabian Saleh sedangkan orang-orang mukmin itu menegaskan kepercayaan mereka terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Saleh.
Kebenaran yang dibawa oleh Nabi Saleh tidak berhubungan dengan unta itu, namun berhubungan dengan dakwahnya dan ajarannya. Mereka mengatakan: "Kami mengimani apa yang dibawa oleh Nabi Saleh," dan mereka tidak mengatakan: "Kami beriman kepada untanya." Mereka tidak mengatakan bahwa unta itu yang menetapkan kenabian Saleh. Orang-orang mukmin lebih memper¬hatikan kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh, bukan memperhatikan mukjizat yang luar biasa itu. Melalui dialog tersebut kita dapat melihat sikap orang-orang kafir di mana mereka justru merasa mulia dengan penentangan terhadap kebenaran: "Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu. "
Demikianlah penghinaan mereka, kesombongan mereka, dan kemarahan mereka. Rasa-rasanya sia-sia untuk mencari dalil yang dapat memuaskan orang-orang kafir saat berdialog dengan mereka. Mereka selalu menolak kebenaran, padahal mereka orang-orang yang merdeka dalam memilih kebenaran itu.
Malam mulai menyelimuti kota Tsamud. Gunung-gunung yang kokoh menjulang dan melindungi rumah-rumah yang terukir di dalamnya. Dinyalakanlah lampu-lampu dalam istana yang terukir di gunung itu. Gelas-gelas minuman diputarkan di antara mereka. Tidak ada seorang pun dari tokoh-tokoh kaum yang tidak hadir dipertemuan penting itu. Dimulailah pertemuan dan terjadilah dia¬log. Salah seorang kaflr berkata:
"Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar dalam keadaan sesat dan gila. " (QS. al-Qamar: 24)
Sementara yang lain menjawab:
"Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. " (OS. al-Oamar: 25)
(QS. al-Qamar: 25)
Gelas-gelas minuman kembali diputar di antara mereka, dan pembicaraan beralih dari Saleh ke unta Allah SWT. Salah seorang kafir berkata: "Jika datang musim panas, maka unta itu mendatangi lembah yang dingin sehingga binatang-binatang ternak yang lain lari darinya dan kepanasan." Seorang kafir lagi berkata: "Jika datang musim dingin unta itu mencari tempat penghangat, lalu ia istirahat di situ sehingga binatang-binatang ternak kita lari darinya dan menuju tempat yang dingin sehingga terancam kematian."
Gelas-gelas minuman kembali diputar dan bergoyang di tangan orang-orang yang meminum. Salah seorang yang duduk memerintahkan agar perempuan yang menyanyi berhenti dari nyanyiannya karena ia sedang berpikir. Kemudian kesunyian menghantui segala penjuru. Orang itu mulai berpikir sambil meminum dua gelas minuman keras, dan dengan suara pelan ia berkata: "Hanya ada satu cara." Orang-orang yang duduk di sekitarnya bertanya: "Bagaimana jalan keluarnya?" Tokoh mereka berkata: "Kita harus melenyapkan Saleh dari jalan kita. Yang saya maksud adalah untanya. Kita harus membunuh untanya dan setelah itu kita akan membunuh Saleh." Demikanlah cara yang dilakukan orang-orang yang kafir sepanjang sejarah. Demikianlah senjata yang digunakan oleh mereka dalam menghadapi kebenaran. Mereka tidak menggunakan akal sehat atau adu argumentasi, tapi mereka justru menggunakan kekuatan fisik. Bagi mereka, ini adalah cara yang paling aman. Pembunuhan akan menyelesaikan masalah. Namun salah seorang di antara mereka berkata: "Bukankah Saleh mengingatkan kita akan azab yang keras jika kita sampai menyakiti unta itu." Namun, orang-orang yang duduk di majelis itu segera memadamkan suara orang itu dengan dua gelas arak.
Kemudian percakapan dimulai tentang Saleh: "Berapakali kita putus asa dan dibuat kecewa olehnya. Sebaik-baik jalan adalah membunuhnya. Mula-mula kita membunuh untanya setelah itu kita akan menghabisi Saleh." "Namun siapa gerangan yang berani membunuhnya?" Pertanyaan itu menciptakan keheningan di antara mereka. Setelah beberapa saat, salah seorang mereka mengangkat suara: "Saya mengenal seseorang yang dapat membunuh¬nya." Lalu nama demi nama berputar di antara mereka sehingga mereka menyebut seorang penjahat yang selalu membikin kerusakan di muka bumi dan ia suka mabuk-mabukan. Ia mempunyai kelompok penjahat di kota.
"Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakhan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan." (QS. an-Naml: 48)
Mereka adalah alat-alat kejahatan. Mereka adalah penjahat-penjahat kota yang terkenal. Mereka sepakat untuk melaksanakan kejahatan. Kegelapan semakin menyelimuti gunung. Kemudian datanglah malam tragedi. Unta yang diberkati itu sedang tidur dan mendekap anaknya yang kecil di dadanya. Anaknya yang kecil itu merasakan kedinginan dan mendapatkan kehangatan di sisi ibunya. Sembilan orang penjahat tersebut telah menyiapkan senjata mereka, pedang mereka dan tombak mereka. Mereka keluar di kegelapan malam, dan pemimpin mereka banyak minum khamer sehingga ia hampir tidak melihat apa yang di depannya.
"Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya." (QS. al-Qamar: 29)
Sembilan laki-laki itu menyerang unta itu, lalu ia bangkit dan bangunlah anaknya dalam keadaan takut. Akhiranya, darah unta itu terkucur dan anaknya pun terbunuh. Nabi Saleh mengetahui apa yang terjadi, lalu beliau keluar dalam keadaan marah untuk menemui kaumnya. Beliau berkata kepada mereka: "Bukankah aku telah mengingatkan agar kalian jangan mengganggu unta itu." Mereka menjawab: "Kami memang telah membunuhnya, maka datangkanlah siksaan kepada kami jika engkau mampu. Bukankah engkau berkata bahwa engkau termasuk utusan Tuhan." Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:
"Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." (QS. Hud: 65)
Setelah itu, Nabi Saleh meninggalkan kaumnya. Kemudian datanglah janji Allah SWT untuk menghancurkan mereka setelah tiga hari. Berlalulah tiga hari siksaan atas orang-orang kafir dan mereka menunggu-nunggu azab yang datang. Maka pada hari keempat langit terpecah melalui teriakan yang keras di mana teriakan itu menghancurkan gunung dan membinasakan apa saja yang ada di dalamnya. Kemudian bumi berguncang dan menghancurkan apa saja yang di atasnya. Itu adalah satu teriakan saja yang membuat kaum Nabi Saleh hancur berantakan. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindahan) mereka dan bersabarlah. Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta bertina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). Maka, mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. " (QS. al-Qamar: 27-31)
Mereka hancur semua sebelum mengetahui apa yang terjadi. Sedangkan orang-orang yang beriman bersama Nabi Saleh, mereka telah meninggalkan tempat tersebut sehingga mereka selamat.

Sumber Lainnya

Nabi Shaleh as

Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bahagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama ” Alhijir ” terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mrk berqurban, tempat mrk minta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.Mrk tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt mrk jangkau dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba_Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mrk keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mrk diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mrk sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mrk oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mrk sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mrk, menciptakan alam sekitar mrk, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bhn-bhn keperluan hidup mrk, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mrk dan dengan demikian memberi kepada mrk kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mrk sembah dan bukan patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mrk atau melindungi mrk dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mrk bahwa ia adlah seorang drp mrk, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mrk adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mrk.Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mrk dan sesekali tidak akan menjerumuskan mrk ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mrk. Ia menerangkan kepada mrk bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mrk adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mrk untuk kebaikan mrk semasa hidup mrk dan sesudah mrk mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mrk segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mrk lakukan.Allah maha dekat kepada mrk mendengarkan doa mrk dan memberi ampun kepada yang salah bila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mrk merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mrk sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:”Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpinkami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Enkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mrk dan mengikuti jejakmu.”
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mrk rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mrk kisah kaum-kaum yang mendapat seksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dpt terjadi di atas mrk jika mrk tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mrk dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah drp mrk atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mrk.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakkannya terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:” Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu drp kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul drp engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.Jika engkau merasa bahwa engkau sihat badan dan sihat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri.Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: ” Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun drpmu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan drp-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendpt perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mrk menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah Memberi Mukjizat Kepada Nabi Saleh A.S.
Nabi Saleh sedar bahawa tentangan kaumnya yang menuntut bukti drpnya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mrk. Nabi Saleh membalas tentangan mrk dengan menuntut janji dengan mrk bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mrk minta bahwa mrk akan meninggalkan agama dan persembahan mrk dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdpt di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mrk:” Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia mempunyai giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendptkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini.”
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendpt gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yyang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendtgkan mukjizat yang mrk tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mrk pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun mrk serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mrk, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dpt membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yyang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ianya minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendpt sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mrk kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Berkata mrk kepada Nabi Saleh:” Wahai Saleh! Untamu telah amti dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya.Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang.”
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mrk sedar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah Yang Dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mrk akan didahului dengan tanda-tanda, iaitu pada hari pertama bila mrk terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mrk menjadi kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendebgar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabu Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mrk mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identiti mrk sebagai pembunuhnya. Rancangan mrk ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mrk datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mrk di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A’raaf, ayat 73 hingga 79 , surah ” Hud ” ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah ” Al-Qamar ” ayat 23 sehingga ayat 32.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Saleh A.S.
Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.

Sumber Lainnya

Kisah Nabi Shaleh AS, Balasan Allah terhadap Kaum Tsamud

Tak henti-hentinya ia berdakwah di jalan Allah, siang dan malam. Dengan penuh kesabaran dan cinta, ia berusaha menunjukkan kaumnya kembali kejalan yang benar. Kaumnya meminta bukti kenabian, lalu Allah SWT memberikannya, berupa Unta Betina yang amat Elok. Tetapi kaumnya tetap ingkar.
Nabi Shaleh AS adalah anak Ubaid bin Jabir bin Tsamut. Kaumnya bernama “Tsamut” nama yang dibangsakan kepada kakeknya yang bernama Tsamut bin Amir bin Iram bin Sam bin Nuh. Jadi Nabi Saleh itu adalah keturunan Nabi Nuh AS yang keenam.
Mereka tinggal di pegunungan dan bukit-bukit yang mereka jadikan sebagai tempat tinggal, yang terletak antara Hejaz dan Syam, di sebelah tenggara negeri Madyan.
Nabi Shaleh AS berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, yang tiada tuhan lain bagi kalian selain Dia.” (QS. Hud: 61). Kalimat yang sama yang disampaikan oleh para Nabi. Kalimat tersebut tidak pernah berubah, sebagaimana kebenaran juga tidak pernah berubah.
Nabi Shaleh AS menyatakan, tuhan yang mereka sembah, yakni patung-patung dan berhala itu, tidak memiliki nilai apa-apa. Nabi lalu melarang mereka untuk menyembahnya dan meminta kepada kaumnya supaya hanya menyembah Allah SWT.
Rupa-rupanya seruan dan dakwah Nabi Shaleh AS itu cukup menggemparkan kaumnya. Mereka terkejut dengan apa yang dikatakannya. Mereka tidak percaya, kenapa tiba-tiba ada sebagian dari bangsa Tsamud yang melarang mereka menyembah berhala. Padahal kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan mereka mewarisinya dari nenek moyang mereka.
Yang lebih mengagetkan mereka, kenapa yang menyampaikan berita tersebut justru Shaleh, orang yang selama ini mereka anggap dan sangat terkenal karena kejujuran dan kebaikannya. Kaumnya sangat menghormatinya, karena Shalih dikenal memiliki keluasan ilmu, kematangan akal, dan kejernihan hati. Dan mereka sangat berharap kelak dia akan bersedia menjadi pemimpin mereka.
“Hai Shalih, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang diantara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (QS. Hud: 62). Lebih keras lagi sebagian pemuka kaumnya berkata, “Alangkah celakanya! Kami tidak berharap engkau mencela tuhan-tuhan kami yang kami mendapati orangtua-orangtua kami menyembahnya!”
Demikianlah kaum Nabi Shalih AS merasa bingung berhadapan dengan kebenaran. Mereka heran terhadap saudara mereka, Shaleh yang mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Mengapa bisa demikian? Tiada lain, karena mereka tidak memiliki alasan dan pemikiran yang benar. Mereka hanya beralasan bahwa kakek-nenek mereka menyembah tuhan-tuhan berhala sebagaimana yang mereka lakukan sekarang. Mereka hanya mengikuti secara membabi buta, alias taklid, sehingga mereka terjerumus ke dalam kekufuran dan kesesatan.
Di tengah-tengah kekufuran kaumnya itulah, Allah mengutus seorang Nabi, yakni Nabi Shaleh AS. Ia diutus untuk menghilangkan taklid buta itu. Sebagai gantinya, Nabi Shaleh menyebarkan akidah Tauhid, untuk membebaskan segala pikiran dan belenggu kesesatan. “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada tuhan bagimu selain Dia.” (QS. Hud: 61).
Namun demikian, meskipun disampaikan dengan penuh ketulusan, kasih sayang dan cinta, dakwah Nabi Shaleh AS tetap saja ditentang oleh kaumnya. Mereka meragukan dakwahnya. Mereka mengira, Nabi Shaleh telah terkena sihir sehingga menyampaikan dakwah yang terasa asing di telinga kaumnya.
Mendapat perlawanan dari kaumnya, Nabi Shaleh tidak putus asa, bertahun-tahun ia terus menyampaikan ajaran-ajarannya. Ia sabar dan tabah menerima segala cobaan dari kaumnya. Biarpun tidak banyak, Nabi Sahleh akhirnya mempunyai pengikut juga. Mereka kebanyakan adalah orang-orang miskin.
Bersambung
Kisah Nabi Shaleh AS dan Unta Betina

Kenyataan tersebut membuat para pemimpin masyarakat Tsamud gusar. Mereka lalu mencari akal, bagaimana cara mempengaruhi pengikut Nabi Shaleh itu. Mereka menginginkan agar Nabi Shaleh tidak mempunyai pengikut sama sekali. Caranya ialah menentang Nabi Shaleh AS untuk membuktikan kemampuannya mendatangkan mukjizat.
Menurut pendapat mereka, kalau Nabi Shaleh itu tidak dapat menunjukkan suatu Mukjizat, tentulah pengikutnya akan menjauhinya. Para pemuka masyarakat Tsamud lalu mendatangi Nabi Shaleh. “Hai Shaleh, kalau engkau benar-benar seorang Nabi, perlihatkanlah kepada kami suatu Mukjizat! Kalau tidak, tentulah engkau pembohong!” kata salah seorang pemuka masyarakat itu.
Nabi Shaleh AS memang tidak mampu mendatangkan suatu Mukjizat, akan tetapi ia yakin, kalau itu syarat agar kaumnya mau mengikuti ajarannya, ia akan memohon kepada Allah SWT. Ia percaya Allah SWT pasti akan mengabulkan permohonannya.
“Akan kutunjukkan kepadamu suatu Mukjizat! Tetapi dengan satu syarat, kalian semua harus mengikutiku menyembah Allah!” kata Nabi Shaleh AS. Ia mengajukan syarat itu kepada tokoh-tokoh masyarakatnya, syarat itu mereka setujui, ia yakin kalau pemuka-pemuka masyarakatnya sudah bertobat dan menyembah Allah, rakyat akan mengikutinya.
Nabi Shaleh lalu berdoa sepenuh hati kepada Allah. “Ya Tuhanku! Kaumku tetap mendustakan kenabianku. Hanya sedikit orang yang mau mendengar kata-kataku. Untuk meyakinkan mereka, sudilah Engkau memberikan kepadaku suatu Mukjizat sebagai tanda kebenaranku. Mudah-mudahan mereka akan mengikutiku di jalan-Mu yang lurus!”
Allah mengabulkan permohonan Nabi Shaleh AS. Seekor Unta Betina yang luar biasa indahnya akan muncul dari puncak bukit. Unta itu gemuk, sehat dan bagus sekali. Belum pernah ada unta seindah itu dipermukaan bumi ini. Unta itu mempunyai air susu yang tidak habis-habisnya. Setiap orang boleh mengambil air susunya. Akan tetapi unta itu harus dibiarkan bebas berkeliaran. Ia tidak boleh diganggu. Dan pada hari-hari tertentu unta itu harus diberi kesempatan untuk minum sepuas-puasnya pada sumur penduduk.
Ilham yang diturunkan oleh Allah itu diberitahukannya kepada para pemuka masyarakat Tsamud. Lalu Nabi Shaleh menyuruh mereka berkumpul di kaki sebuah bukit di pinggiran kota Alhijir. Para pemuka masyarakat dan penduduk pun ramai berkumpul di kaki bukit itu. Mereka semua ingin menyaksikan keajaiban yang akan diperlihatkan oleh Nabi Shaleh AS.
Setelah penduduk berkumpul semuanya, Nabi Shaleh berdoa, menadahkan tangannya ke langit. Selesai berdoa, kilat menyambar-nyambar di puncak bukit itu. Kilat itu terang sekali, cahayanya sangat menyilaukan. Tak lama kemudian di puncak bukit itu bergemuruh. Tanah terguncang seperti gempa. Tiba-tiba puncak bukit itu terbelah. Bersamaan dengan itu, seekor unta betina yang sangat indah keluar dari dalam tanah. Unta itu berdiri dengan megahnya.
Para pemuka masyarakat dan semua yang hadir sama-sama tercengang. Unta itu lalu turun dari atas bukit, langsung menuju sumur penduduk. Ia minum sepuas-puasnya. Benar seperti yang dikatakan Nabi Shaleh AS, Unta itu selalu mengeluarkan air susu yang tidak habis-habisnya.
Kepada semua penduduk, Nabi Shaleh mengatakan agar menjaga keselamatan unta itu, lalu berseru, “Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah ia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” (QS. Hud: 64).
Tetapi apakah dengan Mukjizat unta itu mereka akan mengakui kebesaran Allah? Ternyata tidak! Para pemuka masyarakat itu malah menuduh Nabi Shaleh tukang sihir. Namun begitu, sejak peristiwa itu, pengaruh Nabi Shaleh di kalangan kaumnya makin besar. Para pengikutnya semakin yakin akan kebenaran yang diajarkan Nabi Shaleh AS. Pengikutnya pun makin bertambah. Sementara itu Unta yang dalam Al-Qur’an disebut Naqatullah, Unta Allah, bebas berkeliaran. Penduduk takut mengganggunya. Mereka takut akan azab yang di ancamkan oleh Nabi Shaleh AS.
Peristiwa tersebut sangat mencemaskan para pemuka masyarakat Tsamud. Hal itu tidak boleh dibiarkan. Unta itu jadi perlambang kemenangan Nabi Shaleh AS, maka itu harus segera dilenyapkan.

Kisah Nabi Shaleh AS dan Siasat Janda Cantik

Para pemuka kaum Tsamud lalu mengadakan persekongkolan. Mereka menjalankan siasat busuk lagi hina. Seorang janda kaya raya lagi sangat cantik, bernama Shaduk binti Mahya dijadikan sebagai umpan. Perempuan itu mengumumkan kepada penduduk bahwa ia bersedia menyediakan dirinya kepada laki-laki manapun yang dapat membunuh unta Nabi Shaleh itu. Ushadda bin Muharrij, seorang pemuda kekar yang sangat pemberani menyatakan kesanggupannya membunuh unta itu. Bahkan ia mau melakukan apa saja, asal ia dapat memperoleh janda yang kaya raya lagi molek itu.
Ada lagi seorang tua yang mempunyai beberapa gadis cantik. Di hadapan para pemuka Tsamud ia mengatakan bahwa ia akan menyerahkan seorang gadisnya kepada Gudar bin Salif kalau ia mau membunuh unta Nabi Shaleh AS. Gudar memang seorang pemberani. Tentu saja ia menyanggupi karena ia ingin sekali menyunting gadis itu
Mushadda dan Gudar mencari tujuh orang teman lagi. Mereka pun lalu pergi mencari unta itu. Kebetulan unta tersebut sedang menuju sebuah sumur. Para pembunuh itu lalu bersembunyi dalam semak-semak. Saat unta melintas di depan mereka, Mushadda membidikkan panahnya, paha unta itu kena. Unta itu menjerit kesakitan dan berlari, akan tetapi Gudar dengan cepat melompat. Pedangnya ditikamkan ke perut unta itu. Unta itupun roboh dengan pekikan yang menyedihkan. Ususnya berhamburan. Tak lama kemudian unta itu mati.
Mushadda dan Gudar menunggu dengan hati berdebar. Apakah akan terjadi sesuatu setelah unta itu terbunuh? Bukankah Nabi Shaleh telah menyatakan akan datang azab tuhan kalau unta itu dibunuh?
Mereka menunggu beberapa lama, namun tidak terjadi apa-apa legalah hati mereka. Mereka lalu kembali ke kota. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, memberitahukan bahwa unta Nabi Shaleh telah mereka bunuh. Mereka merasa dirinya sebagai pahlawan. Mereka disambut dan dielu-elukan oleh para pemuka masyarakat Tsamud. Pada saat itu juga mereka mendatangi Nabi Shaleh AS.
“Hai Shaleh, kami telah membunuh untamu itu! Datangkanlah azab yang kau ancamkan kepada kami itu! Kalau tidak, tentulah kau hanya pembohong besar! Kata mereka dengan pongahnya.
“Aku telah bersusah payah mengajak kalian ke jalan yang benar, tetapi kalian tetap menjadi orang yang durhaka kepada Allah. Aku sudah memperingatkan kalian agar tidak menggnggu unta itu, karena unta itu adalah unta Allah, yang hanya mendatangkan keuntungan bagi kalian, tetapi sekarang ia kalian bunuh. Sekarang kalian malah minta agar azab Allah segera dijatuhkan kepada kalian. Sesungguhnya kalian memang patut dibinasakan, karena kalian hanya membuat kerusakan dan membuat kekacauan.”
Setelah itu Nabi Shaleh menyuruh mereka pulang. “Tunggulah azab Tuhan yang akan segera datang. Akan datang petir mengguntur dari langit. Rumah-rumah kalian akan runtuh dan mayat kalian akan bergelimpangan di dalamnya. Akan tetapi bagi mereka yang mengikuti menyembah Allah akan selamat. Tunggulah! Pulanglah kerumah kalian masing-masing. Bersenang-senanglah kalian selama tiga hari, setelah itu kalian akan binasa semuanya!”
“Hai Shaleh, mengapa mesti tiga hari? Kalau engkau memang kuasa, datangkanlah sekarang juga! Kami ingin melihatnya segera!”
Lalu Nabi Shaleh menjawab. “Sungguh kalian ini menjadi orang yang paling durhaka di muka bumi. Neraka jehanamlah yang pantas menjadi tempat kalian kelak. Tunggulah azab itu pasti datang dan tidak satupun diantara kalian yang akan selamat. Tidak ada yang dapat menolong kalian. Apalagi berhala kalian itu. Bukan aku yang mendatangkan azab, tetapi tuhanku, Azza wa jalla!”
Penangguhan waktu tiga hari itu membuat bangsa Tsamud menjadi sangat gelisah. Rupanya Nabi Shaleh AS bermaksud memberi kesempatan berpikir bagi kaumnya yang durhaka itu. Namun percuma saja, mereka bukannya sadar dan bertobat, tapi malah merencanakan untuk membunuh Nabi Shaleh AS.
Mashadda dan Gudar serta ketujuh temannya, pada malam pertama menjelang hari kedua mendatangi rumah Nabi Shaleh AS. Mereka berikrar akan membunuhnya malam itu. Akan tetapi Allah melindungi utusan-Nya. Batu-batu besar berjatuhan dari langit menimpa kepala mereka satu persatu. Mereka bersembilan mati saat itu juga.
Nabi Shaleh akhirnya memutuskan tidak ada lagi gunanya tinggal bersama orang-orang durhaka itu. Sehari sebelum turunnya azab, berangkatlah Nabi shaleh AS bersama pengikutnya meningglkan Alhijir, negeri mereka, menuju tanah Palestina. Tatkala Nabi Shaleh dan pengikutnya sudah berada di tempat aman, tampaklah awan hitam yang sangat tebal menggantung di atas kota kaum Tsamud. Kemudian terdengar suara mengguntur sangat dahsyat di langit. Petir dan halilintar menyambar dan meruntuhkan seluruh bangunan dan kebun mereka.
Bangsa Tsamud yang durhaka kepada Allah SWT itu semuanya binasa. Terbakar hangus laksana rumput kering. Bumi pun berguncang keras sekali dan akhirnya tempat itu meledak dengan suara yang sangat dahsyat. Semuanya menjadi abu, berterbangan di tiup angin.
“Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur. Maka jadilah mereka seperti rumput kering (yang di kumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.” (QS. Al-Qomar: 30-31).
Bangsa Tsamud dan peradabannya lenyap, seperti tidak pernah ada di permukaan bumi. Mereka hancur sebelum mengetahui apa yang terjadi. Yang tinggal hanyalah sejarahnya yang di nukilkan dalam kitab suci, agar menjadi peringatan bagi umat manusia sesudahnya. Sedangkan orang-orang yang beriman bersama Nabi Shaleh AS, telah meninggalkan tempat itu sehingga mereka selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar